Fashion Itu Mencerminkan Gaya Hidup Seseorang |
Fashion tentu bukan salah satunya mencerminkan gaya hidup ayaupun karakter sesorang. Memang ada pendapat yang bilang bahwa fashion dari seseorang cermin dari jati diri seseorang. Tetapi sekarang berbeda dan tidak sama lagi. Itu ada beberapa hal yang membuktikan :
Enggak Selamanya Fashion Mencerminkan Gaya Hidup dan Karakter Seseorang
Yoi Bro ! Banyak yang bilang "you are what you wear". Tapi, di era sekarang ini, kok kayaknya halini nggak 100% bener juga yahh? Maksudnya gini, dengan adanya tren fashion yang terus bergulir, semua orang kini bisa memakai fashion item apa aja yang dia suka. Selama lagi nge-trend, ya dipake. Nggak ada lagi tuh, cerita kalo fashion item tertentu mewakili komunitas atau pergerakan tertentu.
Perubahan yang terjadi saat ini bisa kontras banget malah Sepatu Doc Mart , misalnya. Kalo dulu sepatu ini identik sama anak-anak Punk atau Skinhead, sekarang malah ngetren banget dan dipake sama semua orang, termasuk para boyband dan girlband K-POP. Teus nggak ada lagi tuh orang yang pake setelan hitam-hitam itu anak Metal atau Pesulap. Ya nggak??
Begitu juga dengan sepatu lari. Sekarang ini, banyak sekali orang yang pake sepatu laru buat kegiatan sehari-hari. Padahal belum tentu juga doi olahraga dalam sebulan sekali. Jadi nggak usah deh sekarang kita men-Judge i=orang dari cara berpakaiannya doang. "Wuihh pake Fred Perry nihh pasti anak Mods??" Belum tentu broooo.. !!!
Dr Martens atau lebih dikenal dengan Doc Mart, Docs atau DMs itu merupakan merek sepatu klasik asal inggris. Sepatu Doc Mart begitu identik dengan subkultur yang berkembang dikalangan remaja Inggris sejak akhir tahun 1960-an, dan telah menjadi salah satu sepatu yang ikonik di dunia.
Sepatu Doc Mart udah jadi item "wajib" buat para komunitas skinhead dan punk (Sub kultur yang lahir di London, Inggris pada akhir tahun 1960-an). Sepatu ini dulunya jadi "alat" untuk menunjukan pemberontakan oleh para pekerja atau working class yang pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi. Sepatu Doc Mart ini hadir dari 20 lubang tali sepatu atau yang biasa disebut eyelet. Jumlah eyelet dan warna tali sepatu tersebut bisa jadi buruan para kolektor. Tapi saat ini seiring berkembangnya jaman, identitas sepatu Doc Mart udah bukan item wajib buat anak skinhead atau punk aja. Tapi sekarang ini, banyak para pecinta fashion yang mulai memakai Doc Mart sebagai salah satu item wajib mereka.
Siapa yang nggak tau item wajib dari anak-anak scooter (mods) yang satu ini? Sebuah Sub-Culture yang lahir di Inggris pada tahun 60-an. Tapi sebenernya sejarah parka ini berawal dari suku Inuits pribumi yang mendiami daratan es di Kutub Utara, yang sering mengenakan "parka" mantel hangat untuk melindungi dan menghalangi mereka dari udara dingin.
Seiring berkembangnya jaman, modifikasi parka pun mulai beragam, parka sekarang dibuat dari berbagai macam tipe dan bahan. Nggak melulu anak scooter (mods) yang selalu pake parka, bahkan sampai muisi bit-pop sering mengenakan parka ketika mereka tampil di musim dingin dan ini menjadi trendsetter sehingga berkembang ke kalangan luas.
Awalnya vest atau rompi dari bahan denim ini sering kita lihat dipake sama bikers motor gede di Amerika sono. Vest Jeans emang bikin kelihatan si pengguna jadi lebih macho dan gagah. Lihat aja sendiri bikers motor gede yang badannya segede-gede motor, malah tambah lebih seremdan garang ketika pake vest jeans. Itu buat cowok, tapi kalau buat bikers cewek yang pake vest? Keliatan lebih seksi, coy !
Di Indonesia cuman segelintiran orang yang punya motor gede, tapi nggak bisa dipungkiri lagi banyak orang yang gaya dandannya menganut ke arah sana. Vest jeans seolah jadi primadona di kalangan anak muda zaman sekarang. Tapi jangan ngarep orang pake vest itu belum tentu anak motor, bro !
Berawal dari topi baseball yang berkembang di Brooklyn di tahun 1900-an sampai jadi bagian dari seragam US Navy dan Coast Guard, topi resmi baseball ini mulai dikenal di dunia pertama kali ketika dipakai sama klub Brooklyn Excelsiors dipertengahan tahun 1800-an. Tapi kebanyakan orang mengira snapback itu dikenal karena snapback Famous yang booming ditahun yang sama ketika era musik hip hop atau rap mulai populer.
Tapi kalo zaman sekarang ada yang pake Snapback, belum tentu mereka pemain baseball, US Navy atau mungkin penyanyi hip hop /rap. Bisa jadi mereka Coboy Junior !
Pasti tau merk Nike, Adidas, Asisc, Reebook, New Balance, Saucony, Mizuno, Brooks dan Puma ini kan?? merk - merk ini adalah perusahaan yang sering memproduksi sepatu running yang menunjang aktivitas para atlet larinya dilapangan. Sampai Adidas mengklaim kalau sepatu "Jogging" pertama mereka dibuat tahun 1968.
Emang nggak bisa dipungkiri kalau aktivitas olah raga lari adalah olah raga paling muranh dan aman sedunia, semua orang bisa melakukannya dimana aja dan kapan aja. Tapi sekarang makna olah raga lari sendiri mulai bergeser, kata murah dari olah raga lari mulai hilang ketika mulai bermunculan produk-produk sepatu running dengan harga yang relatif mahal.
Nggak heran, kalo sepatu mahalnya ini belakangn dipake juga buat beraktivitas hari-hari, termasuk mejeng di mall. Sekalian buat gaya juga bro !
Untuk yang satu ini memang sangat disarankan bro ! Tipe sepatu ini yang emang udah jadi item wajib kaum wanita ini belakangan mulai dipake juga sama laki-laki. Kalo cewek sih jelas buat meningkatkan condidence mereka jadi lebih tinggi dan memperindah tekstur tubuh (sexy) dan kecantikan si pemakainya. Nah, kalo dipake cowok? jangan sampe yah bro !
Banyak yang nanya apakah High Heels dulu dipake Cowok?? Ini Gue bahas sekilas..
Tahukah Kamu ??
Sepasang sepatu hak tinggi pernah menjadi aksesori penting bagi pria di masa lalu.
Dan tak seperti sepatu hak tinggi saat ini yang seolah tak dirancang untuk dipakai berjalan, dulu, sepatu hak tinggi punya kegunaan praktis.
"Sepatu berhak dipakai selama berabad-abad di Timur Dekat (daerah sekitar timur Mediterania) sebagai alas kaki saat berkuda," kata Elizabeth Semmelhack, dari Museum Sepatu Bata, Toronto, Kanada, seperti dimuat BBC, Sabtu (26/1/2013).
Menunggang kuda dengan baik amat penting dalam pertarungan di Persia - nama Iran di masa lalu. "Saat tentara berdiri di sanggurdi atau pijakan menunggang kuda, alas kaki itu membantunya mengamankan posisi, sehingga ia bisa memanah dengan lebih efektif."
Ditiru Bangsawan Eropa
Di akhir abad ke-16, Raja Persia, Syah Abbas memiliki pasukan kavaleri terbesar di dunia. Ia tertarik untuk menjalin hubungan dengan penguasa di Eropa Barat. Untuk membantunya mengalahkan musuh besar: Kekaisaran Ottoman (Turki).
Jadi pada tahun 1599, ia mengirimkan misi diplomatik ke Eropa, ke Rusia, Jerman, dan Spanyol.
Sejak saat itulah "demam" Persia berlangsung di Negara Barat. Termasuk soal gaya. Para aristokrat yang latah saat itu merasa, sepasang sepatu berhak bisa meningkatkan penampilan mereka. Lebih maskulin dan jantan.
Saat sepatu berhak mulai dipakai kalangan bawah, para bangsawan itu tak mau kalah. Mempertinggi hak sepatu mereka -- maka lahirlah high heels.
Di jalanan berlumpur Eropa di abad ke-17, sepatu model baru itu jelas tak punya fungsi praktis. Tapi justru di situlah poinnya.
"Salah satu cara merefleksikan status sosial adalah melalu hal-hal yang tak praktis," kata Semmelhack, menambahkan kalangan atas seringkali memakai pakaian rumit, tak nyaman, tapi mewah untuk mengumumkan status sosialnya. "Itu berarti mereka tidak harus ke ladang untuk bekerja, dan tak perlu berjalan jauh."
Sepatu Hak Tinggi Merah Raja Prancis
Soal siapa kolektor sepatu paling menonjol dalam sejarah, selain Imelda Marcos, ada pula Raja Prancis Louis XIV. Di sangat gemar memakai sepatu hak tinggi.
Apalagi, untuk ukuran raja yang berkuasa, ia termasuk mini. Tingginya hanya 163 cm, jauh di bawah ukuran rata-rata lelaki Eropa.
Dengan sepatu berhak, tinggi Sang Raja bertambah 10 cm. High heels yang ia pakai seringkasi dilengkapi dekorasi yang menggambarkan situasi pertempuran.
Yang menarik, hak dan sol sepatunya selalu berwarna merah -- kala itu pewarna merah sangat mahal. Gaya fashion itu menyebar ke luar negeri, potret penobatan Charles II of England pada 1661 menggambarkannya menggunakan sepasang sepatu merah berhak tinggi, bergaya Prancis. Tetap ia pakai meski tinggi badannya sudah 185 cm.
Pada tahun 1670, Louis XVI mengeluarkan aturan, hanya orang-orang terdekatnya yang boleh pakai sepatu bersol merah. Dengan kata lain, masyarakat Prancis kala itu bisa menilai kesetiaan seseorang pada raja dengan memeriksa bagian bawah seseorang.
Diambil Alih Perempuan
Meski orang Eopa menambahkan sepatu berhak agar penampilan mereka lebih macho, belakangan justru
perempuan yang tergila-gila memakainya.
Saat itu di tahun 1630 -an, perempuan mengadopsi gaya pakaian laki-laki, memotong rambut mereka, dan menambahkan hiasan pangkat pada pakaian.
Sejak saat itu, hingga akhir abad ke-17, sepatu berhak menjadi mode sepatu uniseks. ""Anda mulai melihat perubahan di bagian haknya" kata Helen Persson, seorang kurator di Museum Victoria and Albert di London. "Hak sepatu pria lebih kuat, rendah. Sementara tumit sepatu perempuan menjadi lebih ramping."
Busana pria pun bergeser ke arah yang lebih praktis. Pakaian pria tidak lagi menjadi penanda kelas sosial, yang rumit. Tapi sementara batas-batas itu kabur, perbedaan antara kedua jenis kelamin menjadi lebih jelas.
Sepatu hak tinggi untuk pria mulai dipandang konyol. Pada tahun 1740 sudah tak ada pria yang memakainya. Begitu pula dengan para perempuan , 50 tahun kemudian, pasca Reevolusi Prancis.